Selasa, 20 Maret 2018


Romantika Perkuliahan



Istilah “pacaran” di era modern merupakan fenomena umum yang ditemui di kalangan remaja. Gaya berpacaran remaja dan muda-mudi jaman sekarang tidak sedikit yang berani dan terbuka, berbeda dengan era sebelumnya yang cenderung malu-malu dan tertutup. Tidak mengherankan jika semakin marak terjadi seks bebas di kalangan remaja.
Perilaku seperti mengeksplorasikan cinta kasih dengan bermesra-mesraan di depan umum tanpa mengenal tempat dan waktu, menjadi suatu contoh dalam memaknai sebuah hubungan “pacaran”. Perilaku yang menyimpang ini kemudian menjadi tren di kalangan remaja.

Romantika pada aktivitas perkuliahan. Itulah induk perbincangannya. Banyak kasus dalam berpacaran yang melibatkan mahasiswa. Diantaranya kasus aborsi, bunuh diri, putus kuliah, kasus kriminal dan masih banyak lagi kasus yang menjerat mahasiswa saat ini.
Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI 2007) menunjukkan jumlah remaja di Indonesia mencapai 30 % dari jumlah penduduk, jadi sekitar 1,2 juta jiwa. Hal ini tentunya dapat menjadi asset bangsa jika remaja dapat menunjukkan potensi diri yang positif namun sebaliknya akan menjadi petaka jika remaja tersebut menunjukkan perilaku yang negatif bahkan sampai terlibat dalam kenakalan remaja. 

Kondisi remaja di Indonesia saat ini dapat digambarkan sebagai berikut :
  1. Pernikahan usia remaja
  2. Sex pra nikah dan Kehamilan yang tidak dinginkan
  3. Aborsi 2,4 jt : 700-800 ribu adalah remaja
  4. MMR 343/100.000 (17.000/th, 1417/bln, 47/hr perempuan meninggal) karena komplikasi kehamilan dan persalinan
  5. HIV/AIDS: 1283 kasus, diperkirakan 52.000 terinfeksi (fenomena gunung es), 70% remaja
  6. Miras dan Narkoba.  

   Adapun Hasil Penelitian BNN bekerja sama dengan UI menunjukkan :
  1. Jumlah penyalahguna narkoba sebesar 1,5% dari populasi atau 3,2 juta orang, terdiri dari 69% kelompok teratur pakai dan 31% kelompok pecandu dengan proporsi laki-laki sebesar 79%, perempuan 21%.
  2. Kelompok teratur pakai terdiri dari penyalahguna ganja 71%, shabu 50%, ekstasi 42% dan obat penenang 22%.
  3. Kelompok pecandu terdiri dari penyalahguna ganja 75%, heroin / putaw 62%, shabu 57%, ekstasi 34% dan obat penenang 25%.
  4. Penyalahgunaan Narkoba Dengan Suntikan (IDU) sebesar 56% (572.000 orang) dengan kisaran 515.000 sampai 630.000 orang.
  5. Beban ekonomi terbesar adalah untuk pembelian / konsumsi narkoba yaitu sebesar Rp. 11,3 triliun.
  6.  Angka kematian (Mortality) pecandu 15.00 orang meninggal dalam 1 tahun.    




Konteks pacaran yang sehat memang harus dilakukan oleh mahasiswa. Artinya, pacaran yang wajar-wajar saja. Pacaran yang ada batasannya. Memang tidak ada larangan untuk berpacaran tapi harus bisa mengontrol diri agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Pacaran tidak hanya terbatas pada kisah kasih berpacaran. Pacaran yang murni harus mampu menghindarkan diri dari perbuatan amoral dan menodai martabat manusia.
Konteks romantika dalam perkuliahan melingkupi semua elemen kampus, antara mahasiswa dan mahasiswa, serta antara mahasiswa dengan dosen, pejabat kampus dan para pegawainya.
Dengan melibatkan diri dalam kegiatan yang positif, bisa meminimalisir kegiatan yang menyimpang. Pacaran yang sehat dalam dunia kampus diperlukan untuk menambah semangat belajar dan mengurangi kejenuhan dalam perkuliahan.

Banyak mahasiswa yang mayoritasnya merupakan pendatang di tempat dimana ia berkuliah tersebut memilih untuk tinggal di kos-kosan. Kehidupan anak kos yang terbilang cukup bebas dapat menjadi salah satu faktor yang sangat mendukung mahasiswa untuk melakukan hal-hal yang tidak diharapkan.
Mengenai aturan di kos-kosan memang harus ditaati. Sebisa mungkin pemilik kos juga harus tegas menerapkan aturan. Aturan yang telah ditetapkan diharapkan untuk dapat ditaati agar tercipta ketertiban dan kenyamanan bukan hanya di pajang sebagai hiasan.
Namun tidak menutup kemungkinan juga bagi mereka yang tinggal bersama keluarga di rumah. Banyak kasus yang menyebutkan bahwa adanya kekerasan dan pelecehan selama pacaran terjadi pada orang-orang tersebut. Tak jarang mereka memilih tempat-tempat yang sepi bahkan rela menyewa hotel untuk memuaskan keinginan nafsu mereka.
Pola pikir mereka dalam menafsirkan istilah “pacaran” sangatlah jauh dari maksud yang sesungguhnya. Pacaran yang sesungguhnya dapat menjadi ajang dimana kita dapat saling mengenal, menambah teman, dan berelasi dengan orang lain malah menjadi ajang untuk memamerkan kemesraan di depan umum dan sekedar memuaskan nafsu.

Banyak kasus yang melibatkan remaja dan mahasiswa, seperti aborsi, video porno, sex pra nikah, dan lain sebagainya. Mereka seperti telah dibutakan oleh cinta. Apapun rela mereka lakukan untuk sang kekasih tanpa memikirkan efek yang dapat ditimbulkan. Urat malu mereka pun seakan telah putus.

Lalu, bagaimana kita menghadapinya? Apakah masih boleh berpacaran selama berkuliah?

Pacaran itu sebenarnya boleh-boleh saja asalkan yang wajar dan tidak menyimpang. Seperti yang telah saya sampaikan di atas, bahwa pacaran yang positif dalam perkuliahan justru dapat menjadi motivasi dan menjadi penyemangat dalam berkuliah.
Pasangan yang baik diharapkan mampu menyemangati kita dan bahkan turut membantu kita dalam menghadapi segala situasi selama menjalani masa-masa perkuliahan. Ia dapat menjadi partner kita dalam berdiskusi dan bertukar pikiran, serta orang yang dapat kita mintai pendapat tentang suatu hal tertentu.

Tak dapat dipungkiri ketika kita mendapatkan support dari orang yang disayang maka kita akan semakin rajin dan bergairah dalam belajar, sehingga tidak menutup kemungkinan kita juga dapat menyelesaikan pendidikan tepat pada waktunya bahkan mungkin lebih cepat dari yang seharusnya.
Memiliki pasangan yang romantis merupakan suatu kebanggaan tersendiri apalagi bagi kaum hawa. Memberikan surprise dan memuji pasangannya merupakan contoh kecil yang sering dilakukan kaum adam untuk mengungkapkan rasa sayang kepada pasangannya.
Sebagai wanita, tentu saja kita sangat senang jika kekasih kita memberikan kita surprise, memuji kita, dan melakukan banyak hal lain yang membuat kita serasa terbang ke langit ke tujuh. Namun kita harus tetap waspada dengan semua kelakuan manis pasangan kita ini. Apakah ia benar-benar melakukan semua itu tulus sebagai bukti rasa sayangnya kepada kita atau sekedar menjadi rayuan agar kita dapat melakukan apa saja yang ia kehendaki?
Cinta boleh, asal jangan dibutakan oleh cinta itu sendiri.

Pandai-pandailah dalam bergaul dan memilih teman, apalagi pasangan. Carilah ia yang dapat menerimamu apa adanya, yang mampu membuatmu menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya bukan malah merusak kamu dan masa depanmu, ia yang mampu membimbingmu dalam meraih kesuksesan, ia yang tak hanya menginginkan “tubuhmu” lalu mennggalkanmu begitu saja, namun ia yang mampu menjagamu sebaik mungkin.

Bagi para lelaki, hargailah wanitamu sebagaimana engkau menghargai ibumu. Jadilah pasangan yang baik baginya. Jangan merusaknya, tetapi jadilah seseorang yang mampu membuatnya meraih mimpi serta cita.

Bagi para wanita, hargailah dirimu dan tubuhmu. Jangan mudah tertipu oleh rayuan dan bujukan lelaki. Buatlah dirimu bernilai karena akhlak dan intelek. Jadilah seorang wanita yang sukses dan buatlah orang tuamu bangga. Jangan malah membuat mereka kecewa karena tingkah dan pergaulanmu yang diluar batas wajar.



Referensi :